hakikat kehidupan dunia dan akhirat

Kitaharus berupaya untuk mengetahui tentang hakikat kehidupan dunia dan kehidupan akhirat serta meyakini bahwa sanya segala sesuatu yang kita lakukan di dunia, baik berupa amal sholeh maupun amal buruk pasti akan mendapat pembalasan dari Allah ta'ala. Sebagaimana firmannya dalam surat Al-Zalzalah ayat 10-11.
HakikatDunia Sebagai Sarana Kebaikan Akhirat. 03 Sep 2021 09:34 WIB. 437. . Bagi orang beriman, tiada waktu yang boleh terlewat sedikit pun di dunia ini kecuali harus bernilai ibadah sebab dunia ladang akhirat. "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu yaitu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
وَمَا هٰذِهِ الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَاۤ اِلَّا لَهۡوٌ وَّلَعِبٌ‌ؕ وَاِنَّ الدَّارَ الۡاٰخِرَةَ لَهِىَ الۡحَـيَوَانُ‌ۘ لَوۡ كَانُوۡا يَعۡلَمُوۡنَ‏ Wa maa haazihil hayaa tud dunyaaa illaa lahwunw-wa la'ib; wa innad Daaral Aakhirata la hiyal ha yawaan; law kaano ya'lamuun Dan kehidupan dunia ini hanya senda-gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui. Juz ke-21 Tafsir Salah satu faktor yang menjadikan orang-orang kafir enggan menyembah Allah, meski bukti wujud dan keesaan-Nya begitu jelas, adalah motivasi duniawi. Karena itu, ayat ini menginformasikan hakikat kehidupan dunia dan perbandingannya dengan kehidupan akhirat. Dan kehidupan dunia ini hina, tidak bernilai, dan tidak pula kekal. Dunia ini hanya senda-gurau yang akan melenakan orang kafir dari tugas hidup yang sebenarnya, dan dunia ini juga layaknya permainan yang hanya memberi kesenangan sesaat, sebelum kelelahan datang. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya bagi manusia. Itulah kehidupan yang kekal dan abadi. Di sana manusia akan merasakan kebahagiaan dan kesengsaraan yang hakiki, sekiranya mereka mengetahui dan memahami kefanaan dunia dan kekekalan akhirat. Namun, banyak dari mereka tidak berusaha memahami hal itu. Ayat ini menerangkan hakikat kehidupan duniawi, terutama kepada orang-orang musyrik yang teperdaya dengan kehidupan duniawi. Diterangkan bahwa kehidupan duniawi itu hanyalah permainan dan senda gurau saja, bukan kehidupan yang sebenarnya. Pandangan dan pikiran orang-orang musyrik telah tertutup, sehingga mereka telah disibukkan oleh urusan duniawi. Mereka berlomba-lomba mencari harta kekayaan, kekuasaan, kesenangan, dan kelezatan yang ada padanya, seakan-akan kehidupan dunia ialah kehidupan yang sebenarnya bagi mereka. Andaikata mereka mau mengurangi perhatian mereka kepada kehidupan duniawi itu sedikit saja, dan memandangnya sebagai medan persiapan untuk bekal dalam kehidupan lain yang lebih kekal dan abadi, serta mau pula mendengarkan ayat-ayat Allah, tentulah mereka tidak akan durhaka dan mempersekutukan Allah. Andaikata mereka mendengarkan seruan rasul dengan menggunakan telinga, akal, dan hati, mereka tidak akan tersesat dari jalan Allah. Kemudian Allah menerangkan bahwa kehidupan yang hakiki itu adalah kehidupan akhirat, dan ia merupakan sisi lain dari kehidupan manusia, yaitu kehidupan yang diliputi oleh kebenaran yang mutlak. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang di dalamnya bercampur baur antara kebenaran dan kebatilan, sedangkan dalam kehidupan akhirat, kebenaran dan kebatilan telah dipisahkan. Kehidupan akhirat banyak ditentukan oleh kehidupan dunia yang dijalani seseorang, dan tergantung kepada amal dan usahanya sewaktu masih hidup. Kehidupan dunia dapat diibaratkan dengan kehidupan masa kanak-kanak, sedang kehidupan akhirat dapat diibaratkan dengan kehidupan masa dewasa. Jika seseorang pada masa kanak-kanak mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, seperti belajar dan bekerja dengan tekun, maka kehidupan masa dewasanya akan menjadi kehidupan yang cerah. Sebaliknya jika ia banyak bermain-main dan tidak menggunakan waktu sebaik-baiknya, maka ia akan mempunyai masa dewasa yang suram. Demikianlah halnya dengan kehidupan akhirat, tergantung kepada amal dan usaha seseorang sewaktu masih hidup di dunia. Jika ia selama hidup di dunia beriman dan beramal saleh, maka kehidupannya di akhirat akan baik dan bahagia. Sebaliknya jika ia kafir dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang terlarang, ia akan mengalami kehidupan yang sengsara di akhirat nanti. Pada akhir ayat ini, Allah memperingatkan kepada orang-orang musyrik agar mengetahui hakikat hidup. Andaikata mereka mendalami dan mengetahui hal itu, tentu mereka tidak akan tersesat dan teperdaya oleh kehidupan dunia yang fana ini. Setiap orang yang berilmu dan mau mempergunakan akalnya dengan mudah dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara yang benar dan yang salah, dan sebagainya. sumber Keterangan mengenai QS. Al-'AnkabutSurat Al 'Ankabuut terdiri atas 69 ayat, termasuk golongan surat-surrat Makkiyah. Dinamai Al 'Ankabuut berhubung terdapatnya perkataan Al 'Ankabuut yang berarti laba-laba pada ayat 41 surat ini, dimana Allah mengumpamakan penyembah-penyembah berhala-berhala itu, dengan laba-laba yang percaya kepada kekuatan rumahnya sebagai tempat ia berlindung dan tempat ia menjerat mangsanya, padahal kalau dihembus angin atau ditimpa oleh suatu barang yang kecil saja, rumah itu akan hancur. Begitu pula halnya dengan kaum musyrikin yang percaya kepada kekuatan sembahan-sembahan mereka sebagai tempat berlindung dan tempat meminta sesuatu yang mereka ingini, padahal sembahan-sembahan mereka itu tidak mampu sedikit juga menolong mereka dari azab Allah waktu di dunia, seperti yang terjadi pada kaum Nuh, kaum Ibrahim, kaum Luth, kaum Syu'aib, kaum Saleh, dan lain-lain. Apalagi menghadapi azab Allah di akhirat nanti, sembahan-sembahan mereka itu lebih tidak mampu menghindarkan dan melindungi mereka.
Sesungguhnyakampung akhirat adalah lebih baik, dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (QS an-Nahl [16]: 30). Dengan demikian, setelah manusia mengetahui akan hakikat kehidupan yang sebenarnya, mereka akan memberikan perhatian yang lebih besar pada kehidupan akhirat yang kekal daripada kehidupan dunia yang fana ini.
Wahai saudaraku...'...Sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta' الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ.“ Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?”.QS Al An’am 32..Inilah hakikat kehidupan dunia dan hakikat kehidupan akhirat..Adapun Hakikat kehidupan dunia maka ia hanyalah permainan dan senda gurau belaka..Permainan bagi badan dan sendau gurau bagi hati..Maka hati-hati terpikat kepadanya, jiwa-jiwa cinta kepadanya dan harapan-harapan terikat kepadanya..Dan kesibukannya kepada dunia seperti permainan anak kecil..Adapun akhirat maka lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa..Dari segi dzat dan sifatnya, dalam kekekalan yang dan kelanggengannya didalamnya terdapat apa yang disukai oleh jiwa, yang menyenangkan pandangan dari berbagai kesenangan kesenangan hati dan ruh..Penuh kebahagiaan dan kegembiraan..Akan tapi dia bukan untuk setiap orang tapi untuk orang-orang yang bertakwa yang melaksanakan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-laranganNya..“ Maka apakah diri ini tidak memikirkanya ”.
\n \n\n\nhakikat kehidupan dunia dan akhirat
Itulahhakekat dunia ini, yaitu fana dan sementara. Allah Azza wa Jalla mengingatkan semua manusia tentang hal ini di dalam banyak tempat di dalam al-Qur'ân, antara lain firman Allah: Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu
Oleh Imam Nur Suharno Kehidupan di dunia ini sebenarnya adalah kehidupan menuju akhirat. Ia adalah jembatan yang mesti dilalui oleh setiap manusia sebelum menempuh alam akhirat. Bahasa sederhananya, kehidupan dunia adalah medan persediaan dan persiapan untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal sepanjang zaman. Ar-Raghib mengatakan, "Kekal adalah terbebasnya sesuatu dari segala macam kerusakan dan tetap dalam keadaan semula." Kehidupan dunia ini merupakan jembatan penyeberangan, bukan tujuan akhir dari sebuah kehidupan, melainkan sebagai sarana menuju kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat. Karena itu, Alquran menamainya dengan beberapa istilah yang menunjukkan hakikat kehidupan yang sebenarnya. Pertama, al-hayawan kehidupan yang sebenarnya. "Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan kalau mereka mengetahui." QS al-Ankabut [29] 64.Kedua, dar al-qarar tempat yang kekal. "Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara, dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal." QS Ghafir [40] 39.Ketiga, dar al-jaza' tempat pembalasan. "Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allahlah yang benar lagi yang menjelaskan segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya." QS an-Nur [24] 25.Keempat, dar al-muttaqin tempat yang terbaik bagi orang yang bertakwa. "Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa 'Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?' Mereka menjawab 'Allah telah menurunkan kebaikan.' Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat pembalasan yang baik. Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik, dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." QS an-Nahl [16] 30.Dengan demikian, setelah manusia mengetahui akan hakikat kehidupan yang sebenarnya, mereka akan memberikan perhatian yang lebih besar pada kehidupan akhirat yang kekal daripada kehidupan dunia yang fana ini. Sebab, "Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang." QS ad-Dhuha [93] 4.Oleh karena itu, "Sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu. Mereka mengatakan 'Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.' Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci, dan mereka kekal di dalamnya." QS al-Baqarah [2] 25. Wallahu a'lam.
Dandi akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Al-Hadîd :20) Sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya. Yang menyimpan segala pilar kehidupan, baik kekekalan maupun kebahagiaan juga keselamatan.
HAKIKAT DUNIAOleh Ustadz Abu Isma’il Muslim al-AtsariManusia yang mengamati dirinya dan orang-orang di sekitarnya, akan mengetahui dengan dengan pasti tentang berbagai kekuasaan Allah Azza wa Jalla . Dia memahami bahwa kehidupannya di dunia melewati fase-fase yang pasti dilewati dan tidak bisa dipungkiri jika dia berumur panjang. Sebelumnya dia tidak ada, kemudian lahir ke dunia sebagai bayi, lalu menjadi bocah anak kecil, muda, dewasa, tua, dan akhirnya ajal menjemputnya. Allah Azza wa Jalla berfirmanكَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَMengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? [al-Baqarah/228]Imam Baghawi rahimahullah berkata, “Kemudian Allah Azza wa Jalla berkata kepada orang-orang musyrik Arab dengan bentuk keheranan Mengapa kamu kafir kepada Allah’, setelah penegakkan bukti-bukti dan kejelasan keterangan-keterangan. Kemudian Allah Azza wa Jalla menyebutkan bukti-bukti padahal kamu tadinya mati’, dalam bentuk setetes mani di dalam tulang sulbi bapak kamu, lalu Allah menghidupkan kamu,’ di dalam rahim dan di dunia, kemudian kamu dimatikan’, ketika habis ajal kamu dan dihidupkan-Nya kembali’, untuk kebangkitan setelah kematian, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?’, kamu akan datang di akhirat, lalu Allah Azza wa Jalla akan membalas perbuatan-perbuatan kamu”. [Tafsîr al-Baghawi 1/77]KEMATIAN PASTI DATANG Bagaimanapun manusia berusaha lari dari kematian, kematian itu pasti akan menjemputnya di manapun dia berada. Walaupun dia berada di dalam gedung yang tinggi dan Azza wa Jalla تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍDi mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. [an-Nisâ’/478]Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata, “Maksudnya bahwa semua orang akan mati, tidak ada pilihan, tidak ada sesuatupun yang akan menyelamatkannya dari kematian, sama aja apakah seseorang itu berjihad atau tidak. Karena sesungguhnya manusia itu memiliki ajal yang telah ditetapkan dan waktu yang telah dibagikan. Sebagaimana Khâlid bin Walîd Radhiyallahu anhu berkata ketika kematian menjemputnya di atas tempat tidur, Sesungguhnya aku telah menghadiri sekian peperangan, tidak ada satu pun dari anggota badanku yang tidak terdapat luka dari sebab tikaman tombak atau lemparan anak panah. Namun sekarang aku akan mati di atas tempat tidurku, sedangkan mata para pengecut tidak bisa tidur’.” [Tafsîr Ibnu Katsîr, 2/360]Juga firmanNya. قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَKatakanlah “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. [al-Jum’ah/628]Maka kita selalu melihat kematian mendatangi setiap orang yang telah Allah Azza wa Jalla tentukan. Sama saja, baik kepada orang kaya atau miskin, raja atau rakyat jelata, sehat sentosa atau selalu sakit saja, orang tak dikenal atau bintang INI FANA Itulah hakekat dunia ini, yaitu fana dan sementara. Allah Azza wa Jalla mengingatkan semua manusia tentang hal ini di dalam banyak tempat di dalam al-Qur’ân, antara lain firman Allah اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِKetahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. [al-Hadîd/5720]Imam al-Alûsi rahimahullah berkata, “Setelah Allah Azza wa Jalla menjelaskan keadaan dua kelompok manusia yaitu orang-orang yang beriman dan orang-orang kafir pada ayat 19-pent, Allah Azza wa Jalla menjelaskan keadaan kehidupan kelompok kedua yaitu orang-orang kafir yang merasa tentram dengan dunia, dan disebutkan bahwa kehidupan dunia itu termasuk perkara-perkara kecil yang tidak akan membuat orang-orang yang berakal condong dan tenteram kepadanya. Dunia ini permainan’ yang tidak ada hasilnya kecuali capai, dan suatu yang melalaikan’, melalaikan manusia dari perkara yang bermanfaat dan penting baginya, dan perhiasan’ yang tidak akan menghasilkan kemuliaan hakiki, seperti pakaian-pakaian yang indah dan kendaraan-kendaraan yang bagus serta rumah-rumah yang tinggi, dan bermegah- megah antara kamu’ dengan nasab dan tulang-tulang yang telah lapuk, serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak’, dengan jumlah dan persiapan. Kemudian Allah Azza wa Jalla menjelaskan bahwa bersamaan dengan itu, dunia itu cepat binasa dan segera hancur Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani’, demikian juga perhiasan dunia sangat mengagumkan orang-orang kafir. Adapun seorang yang beriman, jika melihat perkara yang mengagumkan, maka fikirannya akan tertuju kepada kekuasaan Penciptanya Azza wa Jalla, sehingga dia menjadi kagum terhadap kekuasaan Allah Azza wa Jalla . Sedangkan orang kafir, fikirannya tidak melampaui apa yang dia lihat, sehingga warna-warni dunia membuatnya tenggelam di dalam kekaguman. Kemudian tanaman itu menjadi kering’, bergerak menuju akhirnya, yaitu menjadi kering setelah sebelumnya warmanya hijau dan indah. Dan kamu lihat warnanya kuning’ yang sebelumnya kamu melihatnya indah dan elok, kemudian menjadi hancur’, remuk karena Azza wa Jalla memisalkan waktu yang telah dilalui oleh manusia dengan dengan satu tumbuhan yang tumbuh dari karena air hujan, kemudian hancur dan binasa kurang dari satu tahun. Ini mengisyaratkan alangkah cepat dan dekat kehancurannya. Setelah Allah Azza wa Jalla menjelaskan kehinaan dunia ini dan memerintahkan manusia agar menganggap kecil urusan dunia dan menjauh diri agar tidak tenggelam di dalamnya, Allah Azza wa Jalla menjelaskan keagungan urusan akhirat, mengagungkan kelezatan dan kepedihan siksa di akhirat agar mendorong manusia meraih kenikmatannya yang abadi dan memperingatkan siksanya yang pedih. Allah Azza wa Jalla berfirman, Dan di akhirat nanti ada azab yang keras’, Allah Azza wa Jalla menyebutkan siksa lebih dahulu karena hal ini sebagai akibat tenggelam di dalam keadaan-keadaan kehidupan dunia yang telah dijelaskan, dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya’. Penyebutan siksa yang pedih di hadapan dua perkara ampunan dari Allah k dan keridhaan-Nya; demikian juga penyebutan siksa yang pedih’ tanpa menyebutkan dari Allah Azza wa Jalla , mengisyaratkan kepada dominannya rahmat Allah Azza wa Jalla dan bahwa tujuan yang utama adalah kebaikan. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu’, yaitu bagi orang yang merasa tentram terhadap dunia dan tidak menjadikan kehidupan dunia ini sebagai sarana untuk kebaikan akhirat dan alat untuk meraih kenikmatannya. Diriwayatkan bahwa Sa’îd bin Jubair Radhiyallahu anhu mengatakan, “Dunia itu adalah kesenangan yang menipu, jika dunia melalaikanmu dari mencari akhirat. Namun jika dunia itu mengajakmu untuk mencari ridha Allah Azza wa Jalla dan mencari kebaikan akhirat, maka dunia itu sebaik-baik kesenangan dan sarana”. [Diringkas dari Tafsîr Rûhul Ma’âni, 20/335]KEUTAMAAN AKHIRAT Nabi Shallallahu alaihi wa sallam banyak menyebutkan kenikmatan dan keutamaan akhirat yang sangat besar dibandingkan kesenangan di dunia ini. Di antaranya adalah hadits di bawah iniعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي َلأَ عْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولاً الْجَنَّةَ رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ حَبْوًا فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ قَالَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا أَوْ إِنَّ لَكَ عَشَرَةَ أَمْثَالِ الدُّنْيَا قَالَ فَيَقُولُ أَتَسْخَرُبِي أَوْ أَتَضْحَكُ بِي وَأَنْتَ الْمَلِكُ قَالَ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ قَالَ فَكَانَ يُقَالُ ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةًDari `Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu , dia berkata Rasulullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Aku benar-benar mengetahui seorang penduduk neraka yang paling akhir keluar darinya dan seorang penduduk surga yang paling akhir masuk ke dalam surga. Yaitu seorang laki-laki yang keluar dari neraka dengan keadaan merangkak, lalu Allah berkata kepadanya, Pergilah, masuklah ke dalam surga!’.Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda Lalu dia mendatangi surga, namun dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh. Maka dia kembali lalu berkata, Wahai Rabbku, aku mendapati surga telah penuh.’ Allah Azza wa Jalla berkata kepadanya, Pergilah, masuklah ke dalam surga!’.Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda Lalu dia mendatangi surga, namun dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh. Maka dia kembali lalu berkata, Wahai Rabbku, aku mendapati surga telah penuh.’Allah Azza wa Jalla berkata lagi kepadanya, Pergilah, masuklah ke dalam surga! Sesungguhnya engkau memiliki semisal dunia dan sepuluh kalinya, atau engkau memiliki sepuluh kali dunia’. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda Laki-laki itu berkata, Apakah Engkau memperolok-olok aku atau Engkau mentertawakan aku padahal Engkau adalah Raja?’Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu berkata, Aku melihat Rasulullâh Shallallahu alaihi wa sallam tertawa sampai nampak gigi gerahamnya’. Dan dikatakan bahwa orang itu adalah penduduk surga yang paling rendah derajatnya’. HR. Muslim, no. 308/186BERLOMBA DI DALAM KEBAIKAN Jika manusia telah mengetahui hakekat dunia yang fana ini, maka selayaknya dia selalu ingat dan waspada, jangan sampai tergoda kenikmatan dunia yang sementara, kemudian melalaikan akhirat yang sangat berharga. Sepantasnya manusia berlomba melakukan ketaatan-ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan untuk meraih kebaikan akhirat. Oleh karena itu Allah Azza wa Jalla berfirman سَابِقُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِBerlomba-lombalah kamu kepada mendapatkan ampunan dari Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar. [al-Hadîd/57 21]Juga sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla. وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَDan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. [Ali Imrân/3133]Kita mendapat teladan luar biasa dari Salafus Shalih di dalam hal berlomba di dalam kebaikan. Sangat banyak contoh yang dapat ditiru dari perbuatan mereka. Seperti disebutkan di dalam riwayat di bawah iniأَنَّ فُقَرَاءَ الْمُهَاجِرِيْنَ أَتَوْا رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوْا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَى وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ فَقَالَ وَمَا ذَاكَ قَالُوْا يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّيْ وَيَصُوْمُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ وَلاَ نَتَصَدَّقُ وَيُعْتِقُونَ وَلاَ نُعْتِقُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفَلاَ أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُوْنَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ وَلاَ يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلاَّ مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ قَالُوْا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ تُسَبِّحُوْنَ وَتُكَبِّرُوْنَ وَتَحْمَدُوْنَ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ مَرَّةً قَالَ أَبُوْصَالِحٍ فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِيْنَ إِلَى رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوْا سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ اْلأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوْا مِثْلَهُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِهِ مَنْ يَشَاءُBahwa orang-orang miskin dari kalangan Muhâjirîn berkata, “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong derajat yang tinggi dan kenikmatan abadi”. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bertanya, “Kenapa begitu?” Mereka menjawab, “Mereka itu melakukan shalat sebagaimana kami melakukan shalat; mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa; mereka bersedekah, sedangkan kami tidak bersedekah; mereka memerdekakan budak, sedangkan kami tidak memerdekakan budak”. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Maukah aku tunjukkan kamu sesuatu, jika kamu mengerjakannya kamu mendahului orang-orang selainmu dan tidak ada seorang pun yang lebih utama dari kamu, kecuali orang yang melakukan semisal yang kamu lakukan ? Yaitu kamu bertasbîh, bertakbîr, bertahmîd 33 kali setelah selesai setiap shalat”. Orang-orang miskin itu menghadap lagi kemudian mengatakan, “Saudara-saudara kami, orang-orang kaya, mendengar apa yang telah kami lakukan, lalu mereka melakukan semisalnya! Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Itu adalah karunia Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki”. [HR. al-Bukhâri, 843; Muslim, no. 595]Sebagian Ulama memberikan contoh-contoh berlomba di dalam kebaikan sebagai berikutDiriwayatkan bahwa Anas Radhiyallahu anhu berkata, “Saksikan takbîratul ihrâm bersama imam di dalam shalat jama’ah!”Diriwayatkan bahwa Ali Radhiyallahu anhu berkata, “Hendaklah engkau menjadi orang yang pertama masuk masjid, dan orang yang terakhir keluar.” [Tafsîr Bahrul Muhîth 10/228]Demikianlah para pendahulu kita yang shalih, bagaimana dengan kita? Hanya Allah Azza wa Jalla tempat memohon pertolongan.[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XIII/1430H/2009M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
HakikatKehidupan Dunia Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA. Kita tahu bahwasanya dunia ini hanyalah tempat persinggahan, dan kita sebagai manusia hakikatnya adalah seorang musafir yang sedang berjalan menuju pertemuan dengan pencipta kita Rabb al-'Alamin. Kita akan menempuh berbagai macam fase kehidupan. Kita telah menempuh fase janin, dan kita saat ini berada pada fase yang []
DALAM khazanah keilmuan, manusia ditakdirkan berada dalam beberapa alam selama hidupnya. Alam dzar, alam dunia dan alam baqa atau akhirat. Titik balik dari rangkaian tahun baru hijriah, bisa dimaknai dengan mengambil nilai-nilai yang ada di ahli tafsir Alquran Indonesia, Prof. KH. Quraish Shihab menyampaikan kisah perjalanan para Nabi Muhammad yang melakukan hijrah dalam berdakwah kepada umatnya."Pada saat Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, ia sempat berlindung di dalam Gua Tsur dari kejaran kaum kafir Quraisy dan ditemani oleh Abu Bakar As Shidiq. Dalam persembunyiannya, Abu Bakar merasa ketakutan sehingga Nabi menenangkan,” katanya dikutip dari video tausyiah di laman YouTube Quraish Shihab, Rabu 2/9/2020.Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirmanاِذْ يَقُوْلُ لِصَا حِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَا ۚArtinya "Keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita." QS. At-Taubah 9 Ayat 40Pada peristiwa Perang Badar, terjadi keresahan yang lain. Nabi Muhammad pada saat itu tidak tenang sampai beliau berdoa dan bersabda "Kalau ini hancur, Engkau tidak akan ada yang sembah lagi Ya Allah."Dalam peristiwa itu, Abu Bakar menenangkan Nabi dan berkata "Kafaaka Kafaaka fa inna Allaha munjizun laka maa wa'adaka cukup bagimu Allah Dzat yang memenuhi apa yang telah dijanjikan kepada mu.Dari peristiwa Hijrah Nabi berada dalam posisi tenang, dalam peristiwa Badar, Abu Bakar tenang."Apapun yang dilakukan oleh seseorang, betapapun tinggi kedudukannya dan ia melakukan kondisi yang sama, tapi sesungguhnya yang dilakukannya berbeda dengan Nabi. Yang dilakukan oleh Nabi, lebih benar daripada yang dilakukan oleh Abu Bakar sebagai sahabatnya, walaupun namanya disebut dalam Alqur'an," terang Quraish peristiwa lain, hijrah juga dialami oleh Nabi Musa As dan dihalangi oleh Fir'aun beserta pasukannya. Nabi Musa pada saat dikejar tentara Fir'aun berdoa yang tercatat dalam Al Qur'an Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirmanقَا لَ كَلَّا ۚ اِنَّ مَعِيَ رَبِّيْ سَيَهْدِيْنِArtinya "Dia Musa menjawab, Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku."QS. Asy-Syu'ara' 26 Ayat 62"Dalam Al Qur'an Surah Al A'raf ayat 162, Allah menjelaskan bahwa manusia sebelum berada di alam dunia, dia berada dalam alam dzar. Saat itu, semua cucu Nabi Adam dimintakan kesaksiannya akan Tuhannya. Dan peristiwa ini, menjadi landasan utama bahwa seluruh manusia memiliki fitrah ketuhanan di dalam dirinya. Karena hal ini pernah dilakukan sebelumnya. Inti dari kehidupan kita di alam dzar, adalah pengakuan tentang keesaan Allah SWT. Maka dari itu, setiap manusia, memiliki god spot, sisi ketuhanan," ujar Quraish Shihab."Menuju alam dunia, manusia memiliki tiga alam yang berbeda. Pertama alam yang nyata, kedua alam mimpi, ketiga alam yang dibuatnya sendiri. Alam ketiga terjadi ketika kita menerima sebuah kesan terhadap sesuatu dan masuk ke dalam imajinasi kita. Kita selalu menganalogikan alam lain adalah ala akhirat. Padahal sejatinya, di dalam dunia pun setiap manusia memiliki alam yang berbeda-beda," ucapnya."Perjalanan manusia di dunia, terjadi sejak di dalam kandungan, kemudian lahir, menjadi bayi, remaja dan seterusnya. Sejak dalam kandungan itulah ada perintah untuk berdoa. Itulah mengapa agama menganjurkan kita untuk bersikap tenang, harmonis, religius pada saat berhubungan. Karena akan berpengaruh pada anak yang akan dikandung.""Pada saat memasuki usia tua, seperti yang dijelaskan dalam Surah Al Hadid ayat 16, sebagain ulama berpendapat bahwa ayat ini diturunkan pada saat sahabat Nabi yang sudah berumur 40 tahun, masih berleha-leha. Imam Ghazali bahkan mengatakan kalau engkau sudah berumur 40 tahun dan hatimu masih cenderung dengan dunia dan bukan akhirat, maka hati-hatilah. Jangan sampai engkau terjerumus ke neraka.""Perjalanan hidup manusia bermula sejak dalam kandungan hingga mencapai masa tua, itu semua tidak lain hanyalah sebagai bekal perjalanan untuk menuju kehidupan selanjutnya. Manusia tertidur saat di dunia, ketika mati barulah mereka bangun dan melihat kenyataan kehidupan yang hakiki di akhirat," pungkasnya.
HakikatKehidupan Dunia. Bismillah.. Sekilas kehidupan dunia ini tampak indah mempesona jauh, tak dapat di jangkau, tapi benarkah ia indah seperti yang terlihat mata..?! Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
Jakarta, IDN Times - Umat Islam hendaknya meyakini bahwa dunia bukanlah satu-satunya alam yang menjadi tempat tinggal bagi manusia. Masih ada alam lain yang akan disinggahi oleh manusia hingga hari kiamat melewati alam dunia, manusia akan bertemu alam kubur yang menjadi gerbang batas antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Alam kubur menjadi tempat tinggal orang-orang yang sudah meninggal hingga datangnya hari kiamat Ali Mustafa Yakub dalam buku Fatwa Imam Besar Masjid Istiqlal menjelaskan, terdapat tiga alam yang berkaitan dengan posisi manusia dengan ruhnya. Ketiga alam tersebut yaitu alam barzah, alam dunia, dan alam akhirat. Seperti apa gambaran ketiga alam tersebut ? Berikut perbedaan alam barzah, dunia dan akhirat yang dirangkum IDN Times. Baca Juga Hal-Hal yang Dilakukan Saat Hadapi Orang Sakaratul Maut dan Meninggal 1. Alam dunia sebagai tempat ujian bagi manusiaIlustrasi Bumi IDN Times/Mardya Shakti Hakikat kehidupan dunia sebenarnya adalah ujian bagi manusia seberapa mampu bisa menjalankan perintah Allah SWT. Dunia sesungguhnya menjadi tempat manusia untuk berlomba mengumpulkan amal kebaikan, seperti yang difirmankan Allah SWT di Surah Al Kahfi ayat 7, sebagai berikut إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًاArtinya Sesungguhnya Kami telah jadikan segala yang ada di bumi ini untuk perhiasan bagi bumi itu sendiri dan penghuninya, untuk menguji siapakah di antara mereka yang paling baik amalnya. QS al-Kahfi 7Di dunia ini segala godaan muncul, maka manusia dituntut untuk kuat dalam keimanan dan menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya pelindung dan tempat Ghazali menyebutkan, alam dunia ini seperti panggung atau pasar yang disinggahi oleh musafir di tengah perjalannya menuju tempat lain. Maka disinilah mereka membekali diri sebelum meneruskan perjalanan menuju tempat menguji keimanan manusia, di dunia ini Allah SWT memberikan garis ketentuan yang harus diikuti oleh manusia agar selamat dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat kelak. 2. Alam barzah, pintu gerbang menuju akhiratIlustrasi ANTARA FOTO/Akbar TadoKetika kematian tiba, manusia pun meninggalkan alam dunia, menuju alam barzah. Alam barzah adalah alam kubur yang merupakan pintu gerbang atau alam perbatasan antara dunia dan anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia MUI KH Nurul Irfan, manusia yang sudah berada di alam barzah bisa melihat kondisi di alam dunia maupun di alam diperlihatkan keadaan dua alam yakni dunia dan akhirat, disebutkan manusia di alam barzah juga ada yang sudah mendapatkan balasan akibat perbuatannya di dunia. Karena itu ada istilah yang disebut siksa diketahui bahwa alam barzah merupakan pembeda dari alam dunia dan akhirat, seperti disebutkan dalam Surah Ar-Rum ayat 55-56 وَيَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُوْنَ ەۙ مَا لَبِثُوْا غَيْرَ سَاعَةٍ ۗ كَذٰلِكَ كَانُوْا يُؤْفَكُوْنَArtinya Dan pada hari ketika terjadinya kiamat, orang-orang yang berdosa bersumpah bahwa mereka berdiam dalam kubur hanya sesaat saja. Begitulah dahulu mereka dipalingkan dari kebenaran. QS. Ar-Rum 55 وَقَالَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ وَالْاِيْمَانَ لَقَدْ لَبِثْتُمْ فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ اِلٰى يَوْمِ الْبَعْثِۖ فَهٰذَا يَوْمُ الْبَعْثِ وَلٰكِنَّكُمْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَArtinya Dan orang-orang yang diberi ilmu dan keimanan berkata kepada orang-orang kafir, “Sungguh, kamu telah berdiam dalam kubur menurut ketetapan Allah, sampai hari kebangkitan. Maka inilah hari kebangkitan itu, tetapi dahulu kamu tidak meyakininya. QS. Ar-Rum 56 Pada saat hari kebangkitan tiba atau Yaumul Ba’as alam kebangkitan, semua makhluk yang ada di alam barzah akan dibangkitkan kembali oleh Allah SWT untuk menuju beberapa alam, sebelum masuk ke kehidupan akhirat surga atau neraka.Di Yaumul Ba’as alam kebangkitan, setiap manusia akan memasuki beberapa alam lain yakni Yaumul Mahsyar hari dikumpulkannya manusia di Padang Mahsyar setelah kebangkitannya, Yaumul Hisab hari perhitungan amal, barulah setelahnya ditetapkan kehidupan akhirat berupa surga dan Alam akhirat sebagai tempat yang kekal bagi manusiaIlustrasi Kisah Nabi. IDN Times/Aditya Pratama Alam akhirat merupakan kehidupan kekal setelah alam dunia. Setiap muslim yang beriman wajib percaya akan adanya alam akhirat, sebagai tempat yang kekal bagi manusia, seperti tercantum dalam Al Qur'an Surah Al-Mu'min atau Surah Ghafir ayat 39يٰقَوْمِ اِنَّمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ ۖوَّاِنَّ الْاٰخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِArtinya Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. QS. Surah Ghafir 39Alam akhirat disebut juga sebagai Darul Qarar yakni alam dimana manusia kembali dibangkitkan untuk mendapatkan balasannya, dan saat jasad dan ruh kembali masa ini, kebangkitan kembali manusia dengan tubuh ukhrawinya akan didasarkan pada wujud mental yang membentuk karakter manusia itu. Setidaknya ada enam karakter manusia yang akan dibangkitkan di akhirat kelak yaitu karakter insani, karakter malaikat, karakter setan, karakter binatang, karakter tumbuh-tumbuhan, dan karakter benda padat. Semua karakter ini dibentuk berdasarkan tindakan yang dilakukan manusia selama kehidupan di terkait perbedaan alam dunia, alam barzah, dan alam akhirat di atas dapat kamu pahami dan yakini sebagai seorang muslim yang taat, bahwa kehidupan di dunia hanya sesaat dan kehidupan setelahnya merupakan kehidupan yang Raga Putra Wiwaha
Dankehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. [al-Hadid/57:20]. Sedankan akhirat, itulah kehidupan yang sebenarnya. Sebuah kehidupan yang menyimpan semua pilar kehidupan, baik berupa kekekalan, kebahagiaan dan keselamatan. Inilah hakikat akhirat. Apabila seseorang dapat menyaksikan hakikatnya, tentu ia akan berkata:
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA. Kita tahu bahwasanya dunia ini hanyalah tempat persinggahan, dan kita sebagai manusia hakikatnya adalah seorang musafir yang sedang berjalan menuju pertemuan dengan pencipta kita Rabb al-Alamin. Kita akan menempuh berbagai macam fase kehidupan. Kita telah menempuh fase janin, dan kita saat ini berada pada fase yang kedua yaitu fase kehidupan dunia. Setelah itu, kita akan masuk pada fase ketiga yaitu fase alam barzakh, yang entah berapa lama kita akan berada di fase tersebut. Setelah itu, kita akan masuk pada fase berikutnya yaitu fase kebangkitan di padang mahsyar yang satu hari pada hari itu seperti lima puluh ribu tahun. Setelah itu, barulah kita akan masuk pada fase penentuan, apakah kita akan dimasukkan ke dalam surga atau neraka. Jadi, kita semua sedang berjalan menuju satu titik pertemuan yaitu menuju alam barzakh, yang merupakan fase berikutnya setelah fase kehidupan dunia ini. Kita semua sedang berjalan menuju fase kematian, dan saat ini kita sedang berada di garis antrean tersebut, hanya saja kita tidak tahu siapa yang ada di depan kita dan siapa yang ada di belakang kita, akan tetapi kita semua saat ini sedang berjalan menuju titik pertemuan tersebut, yaitu alam barzakh. Ketika kita telah mengetahui bahwasanya kehidupan dunia ini hanya sementara, maka kita harus saling mengingatkan agar jangan sampai kita teperdaya dengan kehidupan yang sementara ini. Mengapa demikian? Karena fase kehidupan berikutnya, fase alam barzakh, padang mahsyar, dan seterusnya hingga surga atau neraka, semuanya bergantung pada kehidupan kita di dunia yang sangat sebentar ini. Allah ﷻ telah menyebutkan tentang hakikat dunia dalam banyak ayat dalam Al-Quran. Di antaranya seperti firman Allah ﷻ, اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.” QS. Al-Hadid 20 Demikian juga firman Allah ﷻ, فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ “Padahal kenikmatan hidup di dunia ini dibandingkan dengan kehidupan di akhirat hanyalah sedikit.” QS. At-Taubah 38 Demikian juga firman Allah ﷻ, وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ “Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” QS. Ali-Imran 185 Intinya, banyak sekali ayat-ayat yang seperti ini di dalam Al-Quran, yaitu Allah ﷻ menyebutkan bahwasanya kehidupan di dunia ini isinya hanya berupa kenikmatan yang semu. Oleh karena itu, melalui pembahasan ini kita akan menyebutkan bagaimana hakikat-hakikat dunia tersebut, dan bagaimana sikap yang seharusnya kita lakukan setelah mengetahui hakikat kehidupan dunia tersebut. Hakikat Dunia Penjelasan tentang hakikat dunia bisa kita rinci menjadi tiga sebagai berikut Dunia hanya sementara Apa maksud dari dunia hanya sementara? “Sementara” maksudnya dunia ini waktunya lebih singkat jika dibandingkan dengan fase-fase kehidupan setelahnya. Telah kita sebutkan bahwasanya kita telah dan akan melewati beberapa fase-fase kehidupan. Di antaranya adalah kita telah melewati fase janin, kemudian kita sekarang sedang berada di fase kehidupan di dunia, kemudian kita akan menuju fase alam barzakh, kemudian fase padang mahsyar, kemudian akan berakhir di surga atau neraka. Kalau kita mau merenungkan, kita berada di fase janin hanya selama kurang lebih sembilan bulan. Setelah itu, kehidupan kita di dunia hanya berkisar 60-70 tahun, bahkan bisa jadi kurang daripada itu, dan sangat sedikit yang bisa lebih daripada itu, sebagaimana sabda Nabi ﷺ, أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ، إِلَى السَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ “Usia umatku berkisar antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun, dan sedikit sekali mereka yang melebihi usia tersebut.”[1] Artinya, ada orang-orang yang Allah ﷻ berikan usia lebih dari tujuh puluh tahun, akan tetapi hal itu jarang. Kebanyakannya adalah seseorang maksimal usianya berkisar 60-70 tahun. Setelah itu, seseorang kemudian akan masuk di alam barzakh, yang tidak seorang pun tahu berapa lama dia akan berada di fase tersebut. Setelah itu, di fase padang mahsyar, seseorang akan berada di sana selama tahun, lalu kemudian seseorang akan abadi di surga atau di akhirat. Dari sini kita sudah bisa melihat, fase yang akan seseorang jalani setelah fase kehidupan dunia sangatlah lama, bahkan lamanya waktu tersebut menjadi tidak ada bandingannya dengan waktu hidup seseorang di dunia. Di fase alam barzakh saja seseorang bisa berada di sana selama ratusan atau bahkan hingga ribuan tahun. Belum lagi di fase padang mahsyar selama tahun, dan juga kehidupan surga atau neraka yang seseorang akan kekal abadi. Apa perbandingan itu semua dengan umur seseorang yang masih kemungkinan dia akan hidup paling lama tujuh puluh tahun? Tidak ada bandingannya sama sekali. Oleh karenanya, Allah ﷻ menyebutkan bagaimana manusia ketika kelak telah melihat hari kiamat, كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا “Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu karena suasananya hebat, mereka merasa seakan-akan hanya sebentar saja tinggal di dunia pada waktu sore atau pagi hari.” QS. An-Nazi’at 46 Pada hari kiamat kelak, manusia akan merasakan bahwasanya mereka seakan-akan hidup satu sore atau hanya sampai di waktu duha. Tentu, itu seakan-akan waktu yang sangat singkat. Tidak lain mereka merasakan demikian, karena mereka melihat betapa dahsyatnya hari kiamat ketika itu. Demikian juga ketika Allah ﷻ bertanya kepada manusia ketika mereka telah dibangkitkan, قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ، قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ “Dia Allah berfirman, Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab, Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung’.” QS. Al-Mu’minun 112-113 Mengapa manusia akan menjawab demikian? Karena mereka melihat di depan mata mereka bahwasanya fase kehidupan mereka di akhirat itu adalah kehidupan yang sangat panjang, bahkan jika dibandingkan dengan kehidupan mereka selama di dunia maka kehidupan mereka di dunia terasa sangat sedikit. Hidup kita di dunia ini sangat singkat sekali, sehingga waktu kita untuk mempersiapkan kehidupan akhirat tidaklah banyak. Bahkan, jika sekiranya saja usia kita bisa mencapai 70 tahun, angka itu belum kita kurangi untuk aktivitas-aktivitas dunia yang lain, yang tidak ada kaitannya dengan keperluan kita di akhirat kelak. Akan tetapi, meskipun kehidupan seseorang di dunia sangatlah singkat, namun di fase kehidupan dunia inilah menjadi fase yang sangat penting bagi seseorang di akhirat. Mengapa demikian? Karena pada fase kehidupan di dunia inilah penentu kehidupan seseorang di fase kehidupan berikutnya. Fase alam barzakh, fase padang mahsyar, dan fase surga atau neraka, semuanya bergantung pada kehidupan seseorang di dunia. Maka, ingatlah bahwasanya kehidupan dunia itu adalah tempat kita menanam, adapun fase kehidupan berikutnya adalah tempat kita memanen apa yang kita tanam selama di dunia. Ada banyak dalil yang Allah ﷻ sebutkan bahwasanya kehidupan di dunia ini hanya sebentar saja dan tidak lama. Allah ﷻ mengingatkan kepada kita akan hal ini dalam banyak ayat, karena kita berpotensi untuk lupa akan banyak hal. Bahkan, meskipun kita telah melihat tanda-tanda di depan mata kita bahwasanya kita akan sirna. Di antara tanda yang sering kita lihat adalah kita melihat bagaimana saudara-saudara kita yang meninggal dunia, terlebih ketika wabah sedang melanda maka kita bisa melihat banyaknya orang yang meninggal dunia. Selain itu, kita juga bisa melihat tanda yang ada di tubuh kita. Ketika Allah ﷻ berfirman, وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ “Padahal telah datang kepadamu pemberi peringatan.” QS. Fathir 37 Sebagian salaf menafsirkan bahwa peringatan yang dimaksud di dalam ayat ini adalah uban. Uban yang seseorang miliki itu merupakan tanda bahwasanya dia akan selesai dari kehidupan dunia, dan dia akan segera masuk pada fase kehidupan berikutnya. Namun, ketahuilah bahwasanya tanda ini termasuk di antara rahmat Allah ﷻ, sebab jika uban itu tidak ada dan seseorang akan meninggal dunia, maka orang tersebut tentu tidak memiliki persiapan. Akan tetapi, ketika tanda-tanda itu ada, adanya uban, mata mulai rabun, gerak tubuh mulai tidak lincah seperti ketika masih muda, pendengaran mulai lemah, kekuatan tidak seperti ketika masih muda, maka seseorang akan sadar bahwasanya sebentar lagi dia akan berpindah kepada fase kehidupan selanjutnya. Intinya, kita melihat tanda-tanda yang menunjukkan bahwasanya kita hidup di dunia ini tidak lama. Di antaranya yang menunjukkan bahwa hidup kita di dunia ini hanya sebentar adalah dalil-dalil sebagai berikut Allah ﷻ banyak berfirman di dalam Al-Quran bahwa kehidupan dunia itu sementara. Di antaranya seperti firman Allah ﷻ, مَتَاعٌ قَلِيلٌ “Dunia itu hanyalah kesenangan sementara.” QS. Ali-Imran 197 “Dunia” dinamakan dengan dunia karena memang artinya adalah sebentar. الدُّنْيَا dalam bahasa Arab berasal dari kata دَنِي yang artinya dekat. Oleh karenanya, dunia itu hanya sementara, dan sebentar lagi seseorang akan masuk pada fase kehidupan berikutnya. Allah ﷻ juga menamakan dunia dengan زَهْرَةٌ yang artinya adalah mawar. Dalam surah Taha Allah ﷻ berfirman, وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى “Dan janganlah engkau panjangkan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, itu hanya sebagai bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan kesenangan itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” QS. Thaha 131 Allah ﷻ menamai dunia dengan bunga kehidupan dunia, dan kita juga tahu bahwa yang namanya mawar akan cepat sekali layu. Memang dia indah, warnanya memesona, baunya harum, menyenangkan orang yang melihatnya, akan tetapi kenyataannya adalah dia sangat cepat layu. Oleh karenanya ini menunjukkan bahwasanya dunia ini hanya sebentar, sebagaimana bunga mawar yang indah namun cepat layu. Allah ﷻ juga menyamakan dunia dengan air hujan. Allah ﷻ berfirman, وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا “Dan buatkanlah untuk mereka manusia perumpamaan kehidupan dunia ini, yaitu ibarat air hujan yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” QS. Al-Kahfi 45 Pada ayat ini, ada dua pendapat di kalangan para ulama tentang apa maksud perumpamaan ini. Pendapat pertama mengatakan bahwasanya dunia seperti air. Di antara sifat air adalah air itu tidak menetap dan sering berubah zatnya tergantung kondisi. Maka demikian pula dengan dunia, kondisi kita tidak stabil, kadang sehat dan kadang sakit, kadang tertawa dan kadang juga sedih, terkadang ekonomi bagus dan terkadang ekonomi juga sempit, dan perubahan-perubahan yang lainnya. Selain itu, di antara sifat air juga adalah jika banyak, maka akan berbahaya, bisa banjir dan yang lainnya. Maka, demikian pula dengan dunia jika diambil terlalu banyak akan memberi mudarat, bisa melupakan seseorang dengan akhirat, akan mengalami hisab yang panjang di akhirat, dan yang lainnya, maka dari itu hendaknya mengambil dari dunia secukupnya saja. Selain itu, orang yang mengambil air itu biasanya akan basah, maka demikian pula dengan seseorang yang mengambil dunia, ada risiko mudarat yang mungkin dia dapatkan dari mengambil dunia tersebut. Pendapat kedua mengatakan bahwasanya ayat ini secara utuh menjadi gambaran tentang dunia. Pada ayat ini disebutkan bahwa dunia itu seperti tumbuhan yang hijau, enak dilihat, enak dipandang, akan tetapi kemudian akan menjadi kering, berguguran lalu hilang tertiup angin. Demikianlah ayat ini menggambarkan perumpamaan dunia yang sangat sebentar. Kita sering melihat betapa banyak orang yang sedang berada di puncak-puncak kejayaannya, namun tiba-tiba dia meninggal dunia. Dunia itu sementara, ditinjau dari dunianya yang mudah sirna, dan juga ditinjau dari diri kita sendiri yang juga mudah untuk sirna [2]. Allah ﷻ berfirman dalam surah Al-Hadid tentang hakikat dunia. Allah ﷻ berfirman, اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu, serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.” QS. Al-Hadid 20 Pada ayat ini, Allah ﷻ menyebutkan lima hakikat dunia, yaitu permainan, senda gurau, perhiasan, saling berbangga-bangga, saling berlomba untuk memperbanyak sesuatu. Para ulama menyebutkan bahwa demikianlah hakikat kehidupan dunia [3]. Permainan itu maksudnya seseorang akan melalui masa kanak-kanak yang kerjanya hanya bermain. Ketika seseorang itu sudah mulai remaja, maka kehidupannya sudah mulai diisi dengan senda gurau. Setelah umur sudah di atas dua puluh tahun, seseorang kemudian mulai memperhatikan penampilannya, dan itulah yang dimaksud dengan perhiasan. Setelah seseorang berumur empat puluh tahun ke atas, maka mulailah seseorang dengan yang lainnya saling berbangga-bangga dengan prestasi yang dia raih. Setelah itu, orang-orang akan saling “berusaha memperbanyak” dalam segala hal, baik keturunan maupun harta. Inilah hakikat kehidupan dunia, dan ada orang-orang yang terjebak pada salah satu atau lebih dari lima bentuk hakikat dunia ini. Bahkan Allah ﷻ mengatakan dalam ayat yang lain tentang dunia, وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ “Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan.” QS. Al-Ankabut 64 Kenapa kehidupan lebih sering disebut sebagai “senda gurau dan permainan”? Karena yang namanya senda gurau dan permainan itu hanya sebentar, tidak lama setelah itu kita akan masuk dalam suatu keseriusan. Maka demikianlah dunia, hanya sebentar dan kemudian kita akan masuk pada fase kehidupan yang serius. Pada ayat ini Allah ﷻ juga mengingatkan perumpamaan dunia itu, yaitu seperti hujan yang turun menumbuhkan tanaman-tanaman, hijau dan keindahannya memberikan kebahagiaan bagi para petani. Akan tetapi tidak lama setelah itu tanaman tersebut akan menjadi kering, kuning dan akhirnya hancur. Demikian pula kita di dunia, mungkin saat ini kita masih muda, akan tetapi tidak lama kelak kita akan semakin tua, kulit semakin keriput, rambut mulai putih, kemudian tiba-tiba meninggal dunia. Oleh karenanya, di akhir ayat Allah ﷻ menyebutkan bahwasanya kehidupan dunia itu adalah kesenangan yang menipu, karena banyak orang yang teperdaya. Dunia dijadikan indah dalam pandangan mata sebagai ujian Terlalu banyak dalil yang menunjukkan bahwasanya dunia memang dijadikan indah oleh Allah ﷻ. Di antaranya seperti firman Allah ﷻ, إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.” QS. Al-Kahfi 7 Demikian juga firman Allah ﷻ yang telah kita sebutkan sebelumnya, وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى “Dan janganlah engkau panjangkan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, itu hanya sebagai bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan kesenangan itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” QS. Thaha 131 Allah ﷻ menyebut dunia dengan bunga mawar, dan tidak ada di antara kita yang meragukan bahwasanya mawar itu indah dengan beragam warna yang dimilikinya. Demikian juga firman Allah ﷻ, زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” QS. Ali-Imran 14 Selain firman Allah ﷻ, Nabi Muhamad ﷺ juga pernah bersabda, إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ “Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah telah menguasakannya kepadamu sekalian. Kemudian Allah memperhatikan apa yang kalian kerjakan.”[4] Jadi, kita harus tahu bahwasanya dunia itu memang dibuat indah oleh Allah ﷻ, sehingga ketertarikan kepada dunia itu adalah sesuatu hal yang manusiawi. Tentu banyak hal yang membuat kita tertarik, bisa dengan wanita bagi laki-laki, bisa dengan anak-anak, bisa dengan harta, bisa dengan pekerjaan, bisa dengan pemandangan-pemandangan yang indah, bisa dengan barang-barang yang mewah, dan yang lainnya. Semua hal di dunia ini bisa membuat kita tergoda, akan tetapi kita harus sadar bahwasanya kehidupan dunia adalah ujian. Dunia hanyalah tempat ujian Hakikat dunia hanya sebagai ujian sangat banyak kita temukan dalam firman-firman Allah ﷻ di dalam Al-Quran. Di antaranya seperti firman Allah ﷻ, كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” QS. Al-Anbiya’ 35 Pada ayat ini Allah ﷻ menyebutkan bahwasanya Dia menguji hamba-Nya dengan kebaikan dan keburukan. Sesungguhnya ketika kita masuk ke alam dunia ini, maka kita ibarat sedang masuk dalam ruangan ujian. Maka, jangan kemudian kita menyangka bahwasanya ujian itu hanya berbentuk keburukan seperti sakit, kekurangan ekonomi, atau bahkan musibah. Akan tetapi, kebaikan seperti kesehatan, kecerdasan, prestasi, jabatan, harta yang banyak, dan kebaikan yang lainnya, itu semua juga merupakan ujian. Semua kebaikan-kebaikan yang merupakan ujian tersebut akan dimintai pertanggungjawaban kelak oleh Allah ﷻ. Di antara ayat lain yang menunjukkan bahwasanya dunia adalah tempat ujian yaitu firman Allah ﷻ, وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى “Dan janganlah engkau panjangkan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, itu hanya sebagai bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan kesenangan itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” QS. Thaha 131 Demikian juga firman Allah ﷻ, وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.” QS. Hud 7 Allah ﷻ juga berfirman, تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ “Mahasuci Allah yang menguasai segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” QS. Al-Mulk 1-2 Inilah tiga kesimpulan kita dari pembahasan tentang hakikat dunia, yaitu dunia itu hanya sementara dan sangat singkat, kemudian dunia memang dibuat indah oleh Allah ﷻ sebagai ujian, dan yang terakhir dunia memang asalnya adalah tempat ujian. Sikap seseorang terhadap dunia Pembahasan ini menjadi poin yang terpenting setelah kita mengetahui tentang hakikat dunia. Untuk membahas hal ini, kita bisa mengklasifikasikan sikap seseorang terhadap dunia menjadi tiga. Dunia digunakan sebagai sarana meraih akhirat Para ulama menjelaskan bahwasanya dunia menjadi sesuatu yang tercela ketika dijadikan sebagai akhir dari tujuan, akan tetapi ketika dunia tersebut dijadikan sebagai sarana untuk meraih akhirat maka dunia menjadi terpuji. Contohnya, terlalu banyak dalil-dalil dalam Al-Quran maupun hadits bahwasanya kita diperintahkan untuk berinfak, kita diperintahkan untuk membantu orang lain, kita diperintahkan untuk membantu fakir miskin dan anak yatim, dan bahkan kita diperintahkan untuk memberi dan berbuat baik kepada kerabat. Akan tetapi, untuk melakukan itu semua, akan kurang sempurna jika kita tidak memiliki dunia. Bagaimana kita mau berinfak kalau kita tidak punya harta? Bagaimana kita mau menyenangkan istri, anak-anak, orang tua, dan kerabat kalau kita tidak punya dunia? Mungkin kita bisa menyenangkan mereka dengan kata-kata, tapi itu akan kurang sempurna. Oleh karena itu, ketika dunia digunakan sebagai sarana untuk mencari akhirat, maka tidak mengapa kita mencari dunia sebanyak-banyaknya, asal kita ingat bahwasanya tujuannya adalah mencari akhirat. Tentunya, Allah ﷻ tahu niat kita, maka hendaknya kita tanamkan dalam diri kita bahwasanya dunia kita gunakan untuk meraih akhirat. Contoh sederhana, seorang dokter yang memeriksa orang-orang, kemudian dia menerapkan biaya yang murah dan untuk memudahkan dan membantu orang-orang yang susah dengan niat mencari akhirat. Atau seorang karyawan, dia bekerja dengan giat agar mendapatkan hasil yang banyak, untuk kemudian dia berikan kepada orang tuanya sebagai bentuk berbakti. Misalnya juga seseorang bersusah payah dalam bekerja, kemudian hasil pekerjaannya untuk membangun pondok. Atau seseorang bersusah payah dalam mendapatkan sebuah proyek, dia menghabiskan waktu, akan tetapi hasilnya dia gunakan untuk membantu para fakir miskin, anak yatim, atau para janda. Oleh karena itu, ini menunjukkan bahwa kita tidak dilarang mencari dunia, akan tetapi jangan kemudian kita jadikan dunia sebagai tujuan, jangan lupakan akhirat. Oleh karenanya, kita dapati Allah ﷻ memuji para pedagang yang jujur. Allah ﷻ berfirman, رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ “Seorang pedagang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang hari Kiamat.” QS. An-Nur 37 Ayat ini berbicara tentang pedagang yang dipuji oleh Allah ﷻ karena perdagangannya tidak melupakan dia dari akhirat. Maka, jika kita bekerja sebagai karyawan, sebagai dokter, sebagai pejabat, atau bahkan pengusaha, tidak mengapa kita kerja mencari dunia, akan tetapi jadikan niat kita itu karena Allah ﷻ, agar pekerjaan kita berkah. Ketika seseorang mencari dunia dengan niat akhirat, maka dia pasti akan tulus dalam mencari dunia, karena sejak awal niatnya adalah untuk berbakti kepada orang tua, untuk membantu kerabat, untuk membantu fakir miskin, atau yang lainnya. Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda kepada Umar bin Khatthab radhiallahu anhu, يَا عَمْرُو، نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحِ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ “Wahai Umar, sebaik-baik harta yang baik adalah milik orang yang baik saleh.”[5] Hadits ini menunjukkan bahwasanya ada harta yang baik dan ada harta yang buruk. Adapun harta yang baik adalah harta yang digunakan di jalan Allah ﷻ, adapun harta yang buruk adalah harta yang digunakan untuk kesenangan duniawi semata. Oleh karena itu, sikap pertama yang harus kita miliki dalam menyikapi dunia adalah hendaknya kita mencari dunia untuk meraih akhirat. Mencari keperluan dunia secukupnya Sikap selanjutnya terhadap dunia adalah hendaknya seseorang mencari dunia secukupnya saja. Jangan seseorang terlalu memaksakan diri untuk mengumpulkan harta yang banyak, karena semakin banyak harta seseorang, maka hisabnya akan semakin lama di akhirat kelak. Lihatlah Nabi Muhammad ﷺ, ketika Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu mendapati beliau tidur beralaskan tikar yang membuat adanya bekas di badan Nabi Muhammad ﷺ, maka Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu pun kemudian menyarankan agar Nabi Muhammad ﷺ diberikan tempat tidur yang lebih layak, maka Nabi Muhammad ﷺ menjawab, مَا لِي وَلِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا “Apa urusanku dengan dunia? Aku di dunia tidak lain seperti pengendara yang bernaung di bawah pohon setelah itu pergi dan meninggalkannya.”[6] Nabi Muhammad ﷺ dalam hadits ini menggambarkan tentang perumpamaan seseorang di dunia, yaitu seseorang di dunia itu seperti seseorang yang berkendara, kemudian dia mampir dan istirahat di bawah naungan pohon, kemudian pergi melanjutkan perjalanan. Seseorang yang bersafar lalu beristirahat di bawah naungan pohon, pasti hanya akan beristirahat secukupnya, karena naungan pohon pasti akan mengecil dari waktu ke waktu, dan juga dia tidak akan bisa sampai ke tempat tujuannya jika dia hanya beristirahat terus, sehingga dia harus melanjutkan perjalanannya. Maka, apakah pantas seseorang yang bersafar kemudian singgah di bawah pohon lalu membuat rumah di situ? Tentu tidak, pohon tersebut hanya tempat singgah sementara baginya. Maka, demikianlah dengan dunia, seseorang akan tinggal di dunia sebentar saja. Oleh karena kita di dunia ini hanya sebentar, maka carilah dunia secukupnya saja. Syariat tentu tidak melarang kita mengambil dunia, bahkan kata Allah ﷻ, قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ “Katakanlah Muhammad, Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik?’ Katakanlah, Semua itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, dan khusus untuk mereka saja pada hari Kiamat’. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu untuk orang-orang yang mengetahui.” QS. Al-A’raf 32 Maka, tidak mengapa seseorang memiliki istana di dunia, akan tetapi janganlah dia lupa agar bisa memiliki istana di surga. Kita boleh makan enak sampai kenyang, akan tetapi jangan lupa untuk bersedekah, jangan lupa memberi makan fakir miskin, jangan lupa bantu kerabat-kerabat kita. Kita boleh membeli mobil yang mewah, akan tetapi jangan lupa sebagian rezeki yang kita punya juga untuk diinfakkan di jalan dakwah. Wahai saudaraku, ingatlah bahwa hidup kita hanya sebentar, lalu setelah itu kita akan selesai dari dunia ini, tinggal kita kemudian memanen apa yang kita lakukan selama di dunia. Oleh karena itu, hendaknya kita mengambil dunia secukupnya saja. Kalau kita akhirnya mengambil dunia secara berlebih-lebihan dan akhirat itu sedikit, maka Allah ﷻ telah memberi peringatan kepada kita, Allah ﷻ berfirman, أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ، حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ، كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ، ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ، كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ، لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ، ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ، ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ “Bermegah-megah telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu itu, kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahanam, kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri, kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan yang megah di dunia itu.” QS. At-Takatsur 1-8 Bermegah-megah atau berlomba dalam banyak-banyakan inilah yang membuat kita tidak bisa berhenti mencari dunia. Inilah yang membuat waktu kita habis, yaitu mengejar dunia tanpa henti. Punya harta banyak untuk keperluan itu tidak mengapa, tapi kalau tidak ada keperluan, maka gunakanlah secukupnya. Kebanyakan orang yang tenggelam dalam dunia biasanya beralasan bahwa dia berusaha untuk masa depan anak dan keluarganya. Maka, kita katakan bahwa itu hal yang benar untuk dilakukan, akan tetapi kalau sampai hal itu membuat seseorang melupakan bahwasanya masa depannya di akhirat lebih penting untuk dia rencanakan daripada di dunia, maka itu adalah sebuah kesalahan besar. Seharusnya seseorang lebih memikirkan masa depannya di akhirat, bukan hanya memikirkan keluarganya di dunia. Mengapa? Seorang syaikh pernah bercerita, ada seorang suami berbelanja di sebuah toko buah untuk membeli anggur, karena dia, istri dan anak-anaknya suka dengan anggur. Setelah membeli, dia kemudian menyuruh orang untuk membawakan anggur tersebut ke rumahnya, karena dia masih harus mengerjakan urusan yang lain, dan dia akan memakan anggurnya setelah dia pulang ke rumah. Setelah urusannya semua telah selesai, kemudian dia pulang dan bertanya di mana anggur yang dia beli, ternyata istrinya mengatakan bahwa anggurnya sudah habis dimakan oleh dia dan anaknya, sedangkan dia lupa untuk menyisakan untuknya. Mengetahui hal itu, sang suami kemudian tersadarkan bahwa jika di dunia saja istri dan anaknya bisa lupa dengan dirinya, maka bagaimana lagi dengan di akhirat? Oleh karenanya, benar bahwasanya seseorang mengajak keluarganya kepada kebaikan dengan memenuhi segala kebutuhannya sebagai bentuk menyelamatkan keluarganya di akhirat, akan tetapi dia sendiri juga harus punya tabungan yang akan menyelamatkan dirinya di akhirat. Namun, apabila seseorang masih terus berlomba-lomba dalam banyak-banyakan, bahkan sampai rambut sudah tua juga masih ingin mobil ini dan mobil itu, mau sampai kapan seperti itu? Semua itu tidak ada nilainya bagi kita ketika kita telah meninggal dunia. Peringatan ini bukan hanya untuk laki-laki, wanita juga perlu diperingatkan. Banyak sekali para wanita yang suka mengoleksi tas, sepatu, alat kosmetik, pakaian, dan yang lainnya. Jika waktu kita habis untuk mengoleksi yang demikian, kapan waktu kita untuk membaca Al-Quran? Kapan kita mau pergi mendengar pengajian? Jika dunia sudah mengambil waktu kita yang begitu banyak dengan banyak-banyakan dunia, apakah kita baru memikirkan akhirat ketika sudah tua? Wahai saudaraku, dunia itu tidak dilarang, akan tetapi seperlunya saja, dan jangan sampai hal itu melalaikan kita. Ketika seseorang telah mengambil lebih dari yang dia butuh, maka pasti akan ada rasa ingin lagi dan ingin lagi. Jika sekiranya seseorang berusaha mencari dunia dengan semaksimalnya untuk meraih akhirat, maka tidak masalah, akan tetapi kebanyakan yang demikian hanya akan melalaikan seseorang dari akhirat. Oleh karena itu, silakan hidup kaya, tetapi ingatlah agar tidak berlebih-lebihan dalam urusan dunia, karena itu pasti akan menyita banyak dari waktu kita. Memanfaatkan sisa umur sebaik-baiknya Ketahuilah bahwa umur efektif kita hanya sedikit. Jika sekiranya umur kita sampai tujuh puluh tahun saja, meskipun kemungkinannya juga kecil, umur tersebut belum dikurangi dengan 15 tahun waktu kita yang belum balig, kemudian juga belum dipotong 20 tahun atas waktu tidur kita selama hidup, kemudian belum dipotong waktu kita untuk urusan dunia murni yang tidak ada kaitannya dengan akhirat. Maka pertanyaannya, berapa waktu dari seluruh umur kita untuk Allah ﷻ yang pada hakikatnya menjadi usia kita yang sebenarnya? Sangat sedikit. Oleh karenanya Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu pernah berkata, ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ اليَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلٌ “Sesungguhnya dunia semakin menjauh, sementara akhirat semakin mendekat. Masing-masing memiliki anak. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan janganlah menjadi anak-anak dunia. Hari ini adalah waktu beramal bukan hisab, dan kelak adalah hari hisab dan tidak ada kesempatan untuk beramal.”[7] Benar bahwasanya dunia ini semakin menjauh dari diri kita. Oleh karenanya Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah juga pernah berkata, يَا ابْنُ آدَمَ إِنَّمَا أَنْتَ أَيّامٌ فَإِذَا ذَهَبَ يَوْمٌ ذَهَبَ بَعْضُكَ، وَيُوشِكُ إِذَا ذَهَبَ بَعْضُكَ أَنْ يَذْهَبَ كُلَّكَ “Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari-hari. Maka apabila telah pergi sebagian hari-hari, maka pergi pula sebagian dari dirimu. Dan dikhawatirkan jika telah pergi sebagian dari dirimu, maka akan hilang seluruh dari dirimu.”[8] Akhirat semakin mendekat kepada kita, dan kita semua sedang berada dalam antrean menuju kepada kematian untuk menuju akhirat, dan tidak ada satu pun yang keluar dari antrean tersebut, hanya saja kita tidak tahu siapa yang ada di depan kita atau di belakang kita, dan kita bahkan tidak tahu kapan giliran kita. Oleh karenanya, hari ini kita di dunia adalah waktu untuk menanam. Silakan kita menanam apa saja yang kita kehendaki. Jika kita menanam kebaikan maka kita akan memanen kebaikan, jika kita menanam keburukan maka kita juga akan menanam keburukan, dan tidak ada yang menghisab kita pada hari ini. Akan tetapi, ingatlah pula bahwasanya ketika di akhirat nanti yang ada hanyalah hisab memanen, dan tidak ada lagi kesempatan untuk beramal. Oleh karena itu, mumpung kita masih hidup, maka manfaatkanlah sebaik-baiknya umur kita. Jangan teperdaya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Ingatlah bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda, مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ “Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.”[9] Ingatlah, bahwasanya urusan yang lebih penting bagi kita itu masih sangat banyak. Kita masih belum mengerti cara shalat dengan benar dan baik, kita belum mengerti baca Al-Quran yang benar dan baik, kita belum bisa mengurus anak dan istri kita dengan baik, masih banyak ilmu yang perlu untuk kita pelajari, dan urusan penting lainnya. Apa yang menjadi tugas kita maka tekunilah, dan jauhkan diri kita dari hal-hal yang tidak berhubungan dengan sesuatu yang bukan tugas kita. Demikian pula, untuk bertemu kawan, hendaknya secukupnya saja, jangan berlebih-lebihan sampai melupakan yang penting bagi diri kita. Ingatlah bahwa umur kita tinggal sedikit, dan setelah itu akan ada perhitungan amalan kita, dan jika perhitungannya buruk, maka yang ada hanyalah penyesalan yang tidak berujung. Inilah beberapa nasehat bagi diri kita, terkhusus bagi penulis, tentang hakikat dunia. Intinya, kita harus pandai dalam menyikapi dunia karena kita tidak tahu kapan kita akan dipanggil oleh Allah ﷻ. Seorang penyair pernah berkata, تَزَوَّدْ مِنَ التَّقْوَى فَإِنَّكَ لَا تَدْرِيْ *** إِذَا جَنَّ لَيْلٌ هَلْ تَعِيْشُ إِلَى الْفَجْرِ “Berbekallah dengan ketakwaan, sesungguhnya engkau tidak tahu jika telah tiba malam hari apakah engkau masih hidup hingga pagi hari.” فَكَمْ مِنْ عَرُوْسٍ زَيَّنُوْهَا لِزَوْجِهَا *** وَقَدْ قُبِضَتْ أَرْوَاحُهُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ “Betapa banyak mempelai wanita yang dirias untuk dipersembahkan kepada mempelai lelaki, padahal ruh mereka telah dicabut tatkala di malam lailatulqadar.” وَكَمْ مِنْ صِغَارٍ يُرْتَجَى طُوْلُ عُمُرِهِمْ *** وَقَدْ أُدْخِلَتْ أَرْوَاحُـــهُمْ ظُلْمَـــةَ الْقَــبْرِ “Betapa banyak anak-anak yang diharapkan panjang umur, padahal tubuh mereka telah dimasukkan dalam kegelapan kuburan.” وَكَمْ مِنْ صَحِيْحٍ مَاتَ مِنْ غَيْرِ عِلَّةٍ *** وَكَمْ مِنْ سَقِيْمٍ عَاشَ حِيْنًا مِنَ الدَّهْرِ “Betapa banyak orang sehat tiba-tiba meninggal tanpa didahului oleh sakit, dan betapa banyak orang sakit ternyata masih hidup lama.” وَكَمْ مِنْ فَتًى أَمْسَى وَأَصْبَحَ ضَاحِكًا *** وَقَدْ نُسِجَتْ أَكْفَانُهُ وَهُوَ لَا يَدْرِيْ “Betapa banyak pemuda yang tertawa di pagi dan petang hari, padahal kafan mereka sedang ditenun dalam keadaan mereka tidak sadar.” Oleh karena itu, tidak seorang pun yang tahu kapan maut menjemputnya, maka hendaknya setiap orang pun bersiap-siap untuk hal itu. Sisa umur yang dimiliki hendaknya tidak dibuang percuma, karena sesungguhnya setiap waktu yang kita miliki itu sangat berharga, karena setiap detik dari waktu kita akan memengaruhi nasib kita di alam barzakh dan akhirat kelak. Maka, jika kita salah dalam menyikapi dunia, maka kita akan menyesal seumur hidup di akhirat, dan penyesalan pada hari itu tidak lagi bermanfaat. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, إِنَّ لِلَّهِ عِباداً فُطَنا تَرَكوا الدُّنْيَا وَخَافُوْا الفِتَنَا، نَظَرُوا فِيْهَا فَلَمَّا عَلِمُوْا، أَنَّهَا لَيْسَتْ لِحَيٍّ وَطَنَا، جَعَلُوْهَا لُجَّةً وَاتَّخَذُوْا صَالِحَ الأَعْمَالِ فِيْهَا سُفُنَا “Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah ada yang cerdas, mereka meninggalkan dunia dan takut terhadap fitnah-fitnah. Ketika mereka memandang hakikat dunia, maka mereka tahu bahwasanya dunia bukanlah tempat tinggal yang sesungguhnya. Mereka menjadikan dunia sebagai ombak yang bisa menenggelamkan, dan lantas mereka menjadikan amal saleh sebagai kapal yang menyelamatkan mereka dari dunia.”[10] Oleh karena itu, marilah kita masing-masing introspeksi diri. Mari kita menjalani dunia dengan benar, jangan sampai dunia masuk ke dalam hati-hati kita, jangan sampai itu menjadikan kita lalai dari tujuan kita yang sesungguhnya yaitu akhirat, karena di dunia ini kita hakikatnya hanya sebagai musafir. Footnote ___________ [1] HR. Ibnu Majah No. 4236, Al-Albani mengatakan hadits ini hasan sahih. [2] Lihat Tafsir Ath-Thabari, 18/30. [3] Lihat Tafsir Al-Qurthubi, 17/255. [4] HR. Muslim No. 2742. [5] HR. Bukhari No. 229 dalam Adab Al-Mufrad, dinyatakan sahih oleh Al-Albani. [6] HR. At-Tirmidzi No. 2377, dinyatakan sahih oleh Al-Albani. [7] Shahih Al-Bukhari, 8/89. [8] Fashl al-Khitab fi Az-Zuhd wa Ar-Raqaaiq wa Al-Adab, 3/509. [9] HR. At-Tirmidzi No. 2317, dinyatakan sahih oleh Al-Albani. [10] Diwan Asy-Syafi’i, 1/84-85.
Hakikatdunia adalah negeri yang sementara, bukan negeri keabadian. Jika kita memanfaatkan dunia dan menyibukkannya dengan ketaatan kepada Allah Ta'ala, maka kita akan memetik hasilnya di akhirat kelak. Adapun jika kita menyibukkannya dengan syahwat, maka kita akan merugi, baik di dunia, apalagi di akhirat. Hal ini sebagaimana firman Allah Taala, خَسِرَ الدُّنْيَا
Pengetahuan tentang akhirat ilustrasi. Kehidupan di dunia ini sebenarnya adalah kehidupan menuju akhirat. Ia adalah jembatan yang mesti dilalui oleh setiap manusia sebelum menempuh alam akhirat. Bahasa sederhananya, kehidupan dunia adalah medan persediaan dan persiapan untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal sepanjang zaman. Ar-Raghib mengatakan, Kekal adalah terbebasnya sesuatu dari segala macam kerusakan dan tetap dalam keadaan semula.” Kehidupan dunia ini merupakan jembatan penyeberangan, bukan tujuan akhir dari sebuah kehidupan, melainkan sebagai sarana menuju kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat. Karena itu, Alquran menamainya dengan beberapa istilah yang menunjukkan hakikat kehidupan yang sebenarnya. Pertama, al-hayawan kehidupan yang sebenarnya. Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan kalau mereka mengetahui.” QS al-Ankabut [29] 64. Kedua, dar al-qarar tempat yang kekal. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara, dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” QS Ghafir [40] 39. Ketiga, dar al-jaza’ tempat pembalasan. Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allahlah yang benar lagi yang menjelaskan segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya.” QS an-Nur [24] 25. Keempat, dar al-muttaqin tempat yang terbaik bagi orang yang bertakwa. Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?’ Mereka menjawab Allah telah menurunkan kebaikan.’ Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat pembalasan yang baik. Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik, dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.” QS an-Nahl [16] 30. Dengan demikian, setelah manusia mengetahui akan hakikat kehidupan yang sebenarnya, mereka akan memberikan perhatian yang lebih besar pada kehidupan akhirat yang kekal daripada kehidupan dunia yang fana ini. Sebab, Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang.” QS ad-Dhuha [93] 4. Oleh karena itu, Sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu. Mereka mengatakan Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.’ Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci, dan mereka kekal di dalamnya.” QS al-Baqarah [2] 25. Wallahu a’lam. sumber Imam Nur Suharno
Сυ срሒпуጀ илаպасвΗу иπоቡуπեզаր
Зоктዤцοኘօ ኡլո ቯժεфαሥмекра ቃ ፕуնабоቄէհ
Миբθгок ևղኝփኒբիւ οለо ուջяνα
Եруፊифу кቼዔուδዐСкιዳጅկենе йኻвуժ нтиኅеրож
Պуβሹгυյимо ч межԵкխտոсту прале
Palembang- Dunia adalah kefanaan dan bukan negeri keabadian. memanfaatkan dunia dan menyibukkannya dengan ketaatan kepada Allah Taala adalah hakikat dari dunia yang sebenarnya, pada akhirnya kita akan memetik hasilnya di akhirat kelak. Sebaliknya jika kita menyibukkannya dengan syahwat, maka kita akan merugi, baik di dunia, apalagi di akhirat. Allah Taala berfirman : Rugilah ia di dunia dan
.

hakikat kehidupan dunia dan akhirat